Cerpenku
Cinta bersemi di bawah Ring Basket
Ketakutan telah lama menyelimuti hari-hariku, tidak ada kata berani dalam hidupku, aku pemalu yang tidak memiliki rasa percaya diri, aku memiliki masalah dengan tubuhku yang membuatku harus bersusah payah untuk berlari, tumbuh ke samping merupakan kendala untuk setiap anak remaja, hal itu sangat mengerikan yang mana bila seseorang mengalami tumbuh ke samping, maka ia akan kehilangan rasa kepercayaan dirinya, itulah yang aku alami.
Tertunduk malu sudah sangat sering kualami, ketika ada guru yang menanyakan tentang hobiku, dan aku menjawab “hobiku adalah basket”, maka seisi kelas akan tertawa, teman-temanku memang suka mengangguku, dan aku tidak menyukainya walaupun kesannya hanya bercanda, karena hal itu membuatku malu. Aku sudah dua tahun menempuh pendidikan disekolah “Kaye Adang”, aku tidak pernah berbicara dengan perempuan, karena aku merasa malu, dan walaupun aku murid berprestasi baik, tetapi untuk maju ke depan kelas aku sangat enggan, aku sangat ketakutan, maju ke depan kelas bagaikan rintangan dan tantangan untukku.
Suatu hari, tepatnya ketika lonceng berbunyi yang menandakan bahwa jam istirahat telah usai, semua murid masuk ke dalam kelas, aku juga masuk ke dalam kelas dan mengambil buku di dalam laci untuk membaca sebelum guru masuk ke kelas, tetapi aku menemukan surat yag bertuliskan “semangat ya? Jangan menyerah dengan keadaan. Aku terkejut dan terharu, biasanya yang suka surat-suratan pasti murid perempuan, aku senang sekali dan bersemangat, karena masih ada yang peduli padaku, apalagi dia seorang perempuan. Keesokan harinya dia kembali mengirimkanku kata-kata motivasinya yang membuatku kembali bersemangat untuk belajar dan maju ke depan, serta berusaha untuk tidak lagi minder, seperti isi surat si wanita misterius tersebut. Aku sangat bahagia karenanya, ia bahkan setiap hari mengirim selembar kertas yang dihiasi dengan kata-kata indah darinya, aku selalu menyimpan surat-suratnya di dalam lemariku.
Duduk di bawah pohon yang rindang sangatlah menyejukkan hati, tetapi tidak denganku, duduk termenung, sambil melihat teman-temanku berlari dengan lincahnya, memantulkan bola yang setiap pantulannya bagaikan satu tusukan jarum di hatiku, menyesalkan badanku yang bulat. Bermain basket adalah hobiku, aku menyukai basket dari setiap pantulannya”dum, dum”, suara yang membuatku merinding, menurutku hanya orang special yang bisa memasukkan bola ke dalam ring yang berdiameter 45 cm, tapi sayangnya aku bukanlah termasuk orang special itu, aku tidak gesit seperti mereka. Aku kembali teringat dengan surat yang dikirim seseorang yang misterius itu, aku kembali bersemangat dan menurutku untuk menumbuhkan rasa percaya diri, aku harus diet dan banyak berolahraga, dan jalan yang bisa aku lakukan adalah bermain basket, aku harus bisa bermain basket, akhirnya aku memutuskan untuk berani mencoba bermain basket. Berbeda dengan teman-temanku yang memulai bermain basket dengan bakat hebat, kegesitan mereka dalam membawa bola membuktikan bahwa mereka adalah manusia hebat yang diberi kelebihan oleh Tuhan, sedangkan aku memulai dari hanya melempar bola dan berlari-lari tidak jelas, sungguh malang nasibku.
Lama sudah aku berlatih dengan gigih, setiap sore aku berusaha memantulkan bola basket dengan baik, dan malamnya aku mengulang pelajaran tadi pagi di kelas, aku tidak boleh kehilangan fokusku untuk sekolah. Pisau yang tumpul akan tajam bila diasah dengan baik, aku sangat percaya dengan kata-kata nasihat ini, dan akhirnya setelah lama aku berlatih dan belajar aku bisa membuktikan bahwa semua orang bisa berkarya, otakku terfokus pada dua hal yang aku senangi, basket dan belajar, mungkin keduanya juga factor yang membuat tubuh gendutku berubah menjadi langsing, aku sangat bersyukur, kini aku bisa bergerak segesit mereka yang aku katakan adalah manusia hebat.
Saat di kelas aku bukan lagi bahan tertawaan teman-temanku, dan aku bisa menjadi lebih aktif dalam belajar, karena untuk maju ke depan kelas bukan lagi suatu tantangan, malah menjadi kesenangan bagiku. Seperti biasanya, setelah istirahat, sambil menunggu guru masuk aku mengeluarkan buku dan membacanya, aku sangat senang mendapatkan surat darinya lagi, pada hari itu entah mengapa terbesit rasa untuk ingin bertemu dengannya, sebelumnya aku hanya mengambil surat darinya dan menyimpannya, tapi kali ini kucoba untuk membalas suratnya itu, aku mengambil selembar kertas dan menulis bahwa aku ingin bertemu dengannya, dengan orang yang telah mewarnai setiap hariku, yang telah memberikan motivasinya, yang menjadi asisten guru-guruku di sekolah untuk mengajari arti semangat.
Keesokan harinya, ku sisipkan lembaran kertas tersebut ke dalam bukuku, karena aku tidak tahu harus mengantarnya kemana, dan memberikannya kepeda siapa, dan entah siapa dia itu, karena saat istirahat, semua teman-teman perempuan menghabiskan waktunya di dalam kelas dan aku tidak bisa menebak diantara sekian banyaknya teman-teman perempuan di kelasku. Aku sangat berharap dia membacanya, dan mau bertemu denganku. Setelah jam istirahat usai aku kembali masuk kelas dengan semangat dan sangat senang, aku segera membuka buku untuk menemukan surat, dan aku mendapatkan surat balasan, hatiku bergemuruh seakan runtuh, jantungku berdebar, tanganku bergetar, mulut dan mataku bersiap bekerja sama untuk membaca surat ini, tetapi isinya tidak seperti yang kuharapkan, aku merasa sedikit kecewa dengan penolakannya, dia tidak ingin bertemu dengan alasan malu, tetapi aku tidak putus asa, keesokan harinya aku menulis surat untuknya yang kedua kalinya, aku mengutarakan maksudku untuk berterimakasih padanya, dan aku memohon dengan sangat, agar dia mau menemuiku. Setelah istirahat adalah saat-saat yang selalu ku nantikan, karena saat itulah dia mengirimkanku surat, dan pada hari ini aku sedang menantikan surat balasan darinya. Waktu istirahat seakan sangat lama bagiku pada hari itu, dua menit terasa seperti lima jam, keributan di kantin terasa tak terhiraukan, dalam pikiranku hanya terbayang aku akan menemui seseorang special untukku, tak lama kemudian, bel tanda masuk berdering, lamunanku terhempas, bunyi bel terasa seperti aku mendengar lagu ariel peterpan, karena sebentar lagi aku akan menemui wanita misterius itu. Masuk ke dalam kelas dengan tergesa-gesa dan langsung membuka buku, tetapi aku tidak menemukan selembar kertas apapun di bukuku, aku khawatir dia marah dengan paksaanku. Aku semakin larut dalam rasa bersalah, aku kembali melihat ke dalam laci dan aku menemukan sebuah buku yang asing, tersampul rapi dan indah. Kemudian kubuka buku tersebut, dan ternyata di dalamnya ada tulisan yang berisi “ Baiklah, aku mau bertemu denganmu, di lapangan basket nanti sore, salam semangat”. Aku sangat terharu dan senang, hatiku berbunga-bunga, nanti sore aku akan bertemu dengan seseorang yang sangat peduli padaku di sekolah, jadi aku putuskan untuk memberinya hadiah juga, aku memilih untuk memberinya sebuah buku yang sangat indah.

Tepat sore harinya, aku menunggunya tepat di bawah ring basket. Aku membawa bukunya dan buku yang akan kuberikan untuknya, kemudian munculah dua orang wanita yang tidak asing bagiku, mereka berdua adalah teman sekelasku, satunya bernama Ina, ia teman yang baik, tetapi tidak memiliki wajah elok seperti teman yang dibawanya, Seina. Seina memiliki paras yang sangat cantik, tapi itu bukan masalah, yang penting aku sangat berterima kasih pada Ina yang aku tebak sebagai pemilik buku ini, karena ia berjalan di depan. dan sekarang mereka berdua tepat berada di depanku, aku langsung memulai pembicaraan “ Buku ini milik siapa ?” wanita yang bernama Ina, langsung menjawab itu punyaku, benar seperti dugaanku, seperti kataku aku tidak peduli dengan apa adanya, yang jelas ia adalah wanita misterius yang selama ini ingin aku kenali, aku segera mengembalikan bukunya dan memberikan buku yang aku beli sebagai hadiah untuknya, aku mengucapkan terima kasih untuknya, dan meminta izin untuk pulang, karena itu sudah cukup bagiku sudah bertemu dengan pengirim motivasi untukku. Saat aku berlalu beberapa langkah, seina memanggilku dan berkata “sebenarnya buku ini milikku, aku melihat di tangannya dua buku yang tadinya aku berikan untuk Ina, aku tadinya sangat malu untuk bertemu denganmu, makanya aku menyuruh Ina untuk mengambil bukuku”, ini seperti mimpi, hatiku berbunga-bunga, panasnya matahari tidak bisa kurasakan lagi, apalagi saat mata kami bertemu, dia menjadi malu, begitu juga denganku, kata-kata semangatnya sangat sesuai dengan parasnya yang cantik, kemudia ia berlalu bersama Ina untuk pulang. Aku juga berlalu pulang dengan keadaan bahagia, sepanjang jalan aku bersyukur atas rahmat yang diberikan Allah, pada hari itu aku menjadi orang yang paling bahagia, dunia dan akhirat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini