Pertumbuhan uang
dan inflasi
Inflasi merupakan kenaikan tingkat harga
secara keseluruhan, sedangkan kenaikan yang sangat luar biasa adalah
hyperinflasi. Deflasi merupakan dimana sebagian besar dari harga barang dan
jasa turun.
Penjelasan bagaimana tingkat harga
ditentukan dan mengapa tingkat harga dapat berubah seiring berjalannya waktu
dinamakan dengan teori jumlah uang. Menurut teori ini, jumlah uang yang
tersedia dalam perekonomian menentukan nilai uang, dan pertumbuhan jumlah uang
adalah penyebab utama inflasi.
Hume dan para filsuf yang sezaman
dengannya berpendapat bahwa semua variable ekonomi harus dibagi menjadi dua
kelompok. Kelompok pertama terdiri atas variable-variable nominal, yang diukur
dengan unit moneter dan yang kedua adalah variable riil yang diukur dengan unit
fisik. Contohnya pendapatan dari penjualan dari buah apel oleh petani merupakan
variable nominal karena berupa uang, sedangkan jumlah buah apel yang dipanen
merupakan variable riil karena dihitung dengan kilogram.
Perubahan jumlah uang yang beredar,
menurut Hume, memengaruhi variable-variable nominal, tetapi tidak mempengaruhi
variable-variable riil. Ketika bank sentral menggandakan jumlah uang yang
beredar, tingkat kerja menjadi dua kali lipat, upah uang menjadi dua kali
lipat, dan semua nilai uang lain menjadi dua kali lipat. variable-variable riil
seperti produksi, tenaga kerja, upah riil dan suku bunga riil tidak berubah.
Tidak relevannnya perubahan-perubahan moneter terhadap variable-variable riil
dinamakan dengan kenetralan moneter.
Berapa kali dalam setahun uang kartal
digunakan untuk membayar barang dan jasa yang diproduksi? Jawaban atas
pertanyaan ini diberikan dengan sebuah variable-variable yang dinamakan dengan
velositas uang. Dalam ilmu fisika, istilah velositas menunjukkan pada kecepatan
gerakan benda, velositas disini bermakna kecepatan sebuah mata uang bergerak di
dalam ekonomi dari saku ke saku. Untuk menghitungnya tingkat harga (deflator
PDB) dikalikan dengan keluaran PDB riil dan dibagi dengan jumlah uang.
Dengan sedikit penyusunan ulang denngan
aljabar, persamaan ini menjadi :
M x V = P x Y
Persamaan ini menyatakan bahwa jumlah
uang dikalikan dengan velositas uang sama dengan harga keluaran dikalikan
dengan jumlah keluaran. Persamaan ini dinamakan persamaan jumlah karena
menghubungkan jumlah uang dengan nilai nominal keluaran (PxY). Persamaan jumlah
memperlihatkan bahwa peningkatan pada jumlah uang di dalam sebuah perekonomian
pasti dicerminkan dalam salah satu dari tiga variable lain : tingkat harga
pasti naik, jumlah keluaran pasti naik, atau kecepatan yang pasti turun.
Pajak inflasi merupakan penghasilan yang
dikumpulkan oleh pemerintah dengan cara mencetak uang. Seperti saat suatu
barang berharga 3 barang 10 ribu, maka saat pemerintah mencetak uang dan harga
akan berubah menjadi 3 barang seharga 15 ribu, ini dikarenakan pemerintah
membeli kembali obligasi Negara, sehingga banyaknya rupiah yang beredar, dan
harga naik.
Efek fisher
Inflasi tidak memengaruhi variable riil
manapun.
suku bunga riil = suku bunga nominal-tingkat inflasi
suku bunga nominal = suku bunga riil + tingkat inflasi
suku bunga riil = suku bunga nominal-tingkat inflasi
suku bunga nominal = suku bunga riil + tingkat inflasi
Sekarang kita lihat, bagaimana
pertumbuhan jumlah uang yang beredar memengaruhi suku bunga. Dalam jangka
panjang ketika uang netral, sebuah perusahaan pada pertumbuhan uang seharusnya
tidak akan mempengaruhi suku bunga riil. Suku bunga riil merupakan variable
riil. Agar suku bunga riil tidak dipengaruhi, suku bunga nominal harus
disesuaikan seiring dengan perubahan pada tingkat inflasi. Jadi, ketika bank
sentral menaikkan tingkat pertumbuhan uang, hasilnya adalah tingkat inflasi
lebih tinggi dan suku bunga nominal tinggi. Penyesuaian suku bunga nominal
dengan tingkat inflasi dinamakan dengan efek fisher. Ingatlah bahwa analisis
kita terhadap efek fisher ini mempertahankan perspektif jangka panjang. Tidak
berlaku untuk jangka pendek karena inflasi tidak dapat diantisipasi. Suku bunga
nominal merupakan pembayaran atas pinjaman dan biasanya ditentukan ketika
pinjaman pertama. Efek fisher perlu untuk memahami perubahan sepanjang waktu
pada suku bunga nominal.
Beban-beban Inflasi
1.
Turunnya daya beli ? kekeliruan
mengenai inflasi, orang tidak percaya pada kekeliruan ini karena mereka tidak
mengakui prinsip kenetralan. Seorang pekerja yang menerima kenaikan upah
sebesar 10 persen cenderung memandang bahwa kenaikan tersebut sebagai imbalan
dari kemampuan dan usahanya.
2.
Biaya sol sepatu, besarnya biaya
pengurangan nilai uang yang anda pegang disebut sebagai biaya sol sepatu akibat
inflasi karena dengan lebih banyak berkunjung ke bank menyebabkan sepatu anda
lebih cepat rusak.
3.
Biaya menu, perubahan-perubahan
tidak sering mengubah harga karena terdapat kerugian untuk mengubah harga.
Kerugian penyesuaian harga dinamakan dengan biaya menu, sebuah istilah yang
diambil dari biaya yang dikeluarkan oleh restoran untuk mencetak menu baru
4.
Kesalahan-kesalahan alokasi
sumber daya dan variabilitas harga, ketika inflasi terjadi maka variabilitas
harga akan berubah dan keputusan konsumen juga berubah, sehingga kurang baik
dalam alokasi sumber daya.
5.
Distorsi pajak akibat inflasi,
ketika inflasi maka akan menurunkan peminat menabung, sehingga kurangnya
investasi untuk memajukan ekonomi Negara. Karena inflasi tinggi pajak juga
tinggi.
6.
Kebingungan dan ketidaknyamanan
7.
Redistribusi terhadap kekayaan,
jika seorang meminjam uang dan ketika akan membayar saat itu terjadi inflasi
sehingga membuatnya mudah membayar hutang, karena mudahnya mendapat uang, dan
juga sebaliknya.
N. GERGORY
MANKIW, EUSTON QUAH, PETER WILSON, Pengantar Ekonomi Mikro, Jakarta :
Salemba Empat, 2013
Komentar
Posting Komentar